Jumat, 26 Maret 2010

Menghasilkan anak yang kreatif


Anak yang kreatif memiliki ciri-ciri utama (aspek kognitif) yang dapat dilihat dari cara mereka memberi jawaban terhadap suatu pertanyaan, sering dikatagorikan sebagai kelancaran berpikir anak. Selain itu Fleksibilitas atau keluwesan dalam berpikir dimana si anak bisa memberi jawaban yang bervariasi dari berbagai sudut pandang yang berbeda, yang meliputi keluwesan dalam struktur kalimat dan keluwesan dalam isi atau gagasan. Memiliki orisinalitas atau keaslian dalam berpikir, dimana jawaban si anak sering kali diluar dari kebiasaan anak-anak seusianya atau tak terpikirkan oleh orang lain. Satu lagi yang tak kalah penting si anak mempunyai kemampuan berelaborasi, dimana kemampuan ini membuat si anak dapat menggabungkan atau memberi gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya dengan memperinci sampai ke hal-hal kecil.

Kreatifitas sangat penting dikembangkan oleh si anak guna meningkatkan kualitas hidupnya di masa depan. Kreatifikas bisa dihubungkan dengan apapun. Entah seni, bahasa, matematika, atau lainnya. Kreatifitas tidak hanya dapat dilihat dari segi kognitif (berpikir kreatif) tapi juga dari segi afektif (bersikap kreatif) dan psikomotor (ketrampilan). Dengan terbentuknya 3 segi tersebut dalam diri si anak diharapkan pada masa mendatang mereka dapat mengatasi berbagai kesulitan dalam hidupnya, karena kehidupan selalu berubah dan kadang begitu cepatnya perubahan tersebut. Penyesuaian diri sangat diperlukan karena banyaknya kemungkinan jawaban dan ide-ide kreatif yang dimiliki.

Sikap kreatif yang sangat menunjang dalam menentukan keberhasilannya di masa mendatang yakni : rasa ingin tahu yang besar, tertarik terhadap tugas-tugas baru dan menganggapnya sebagai tantangan, senang bereksperimen, senang bertualang, spontan, percaya diri, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau di kritik oleh orang lain, tidak mudah putus asa, senang mencari pengalaman baru atau hal-hal yang menarik, berani dan yakin akan keputusan yang ditetapkannya sendiri, tidak mudah terpengaruh keyakinannya oleh omongan orang lain.

Sayangnya, banyak orang tua dan pendidik kerap mengabaikan kreatifitas. Orang tua/pendidik cenderung menekankan pada masalah mata pelajaran akademis, sementara bakat si anak tak di dorong dan dikembangkan. Padahal, bila si anak didorong dan diberi motivasi dengan sendirinya ia akan berkreasi. Jadi berilah kesempatan sebanyak-banyaknya untuk menumbuh kembangkan kreativitasnya.



gambar :http://photos-d.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs023.snc3/11035_193952682783_121463242783_4065030_6235279_n.jpg





Selasa, 02 Maret 2010

Kekerasan tak menghasilkan apa-apa


Sesungguhnya anak cengeng dan rewel kerap kali terjadi pada saat usia batita. Bila hal tersebut masih berlanjut pada usia sekolah (diatas 5 tahun), kita sebagai orang tua sudah selayaknya mengatasinya. Hal ini biasanya dikarenakan anak tidak punya atau tak diberi keahlian dalam berbicara. Anak yang biasa di manja juga bisa menjadi cengeng, karena terbiasa apa yang diinginkannya dituruti.

Dalam menghadapi hal ini orangtua harus konsisten, kalau memang tidak boleh, ya, tidak boleh, kendati si anak terus merengek dan menangis. Hal ini lebih baik kita lakukan demi kebaikan si anak di masa depan. Sering terjadi anak yang cengeng bila besar nanti akan menjadi kurang tangguh, kurang percaya diri, tidak mandiri, tidak matang, dan selalu merasa cemas.

Tangisan anak yang terus-menerus, terkadang bisa membuat orang tua menjadi bertindak agresif. Tindakan yang sering terjadi dengan memarahi si anak sampai dengan memukul atau mencubitnya. Orang tua harus belajar menahan diri, tindakan yang agresif kepada anak ini tidak akan meredakan tangisannya malah biasanya akan meningkatkan tangisannya. Mendengar tangisan anak yang semakin keras, banyak orang tua yang hilang kesadarannya sehingga lebih banyak lagi cubitan/pukulan yang mendarat ke tubuh si anak, tanpa disadari/gelap mata bisa menghilangkan nyawa si anak.

Dampak yang paling kecil, anak akan meniru tindakan orang tua. Anak akan melakukan hal yang sama terhadap orang lain, karena cara itulah yang ia tahu untuk dapat mengekspresikan kekesalannya pada orang lain maupun orang tuanya.



gambar : http://a.abcnews.com/images/Health/ht_trillions_060727_ssv.jpgh



Kamis, 11 Februari 2010

Masih Mungkinkah Kehadirannya?


Seandainya waktu bisa dirubah, tentu banyak yang ingin memutar ulang waktu, merubah semua yang tak mungkin menjadi mungkin. Inilah yang menjadi salah satu momok bagi pasutri yang sudah tidak lagi dalam masa usia reproduksi. Dimana usia 25 - 30 th yang merupakan masa keemasan bagi mereka yang menginginkan keturunan. Sedangkan usia diatas itu tergolong kehamilan beresiko tinggi, pasutri harus lebih cermat lagi mempersiapkannya.

Tetapi bagi yang memang menunda kehamilannya mungkin bukan merupakan suatu momok yang besar, karena mereka sudah memperhitungkan saat-saat dan resikonya. Tapi bagaimana dengan mereka yang sangat menginginkannya tetapi terbentur berbagai masalah kesehatan, keuangan, dsb. Inilah yang terkadang kurang disadari oleh pasutri sewaktu hendak membina mahligai rumah tangga. Dengan mengetahui kondisi kesehatan dan keuangan dari calon pasutri, keinginan untuk bisa memutar ulang waktu tentu bukanlah hal yang terlintas dalam bentak mereka.

Bagaimana bila ada salah satu atau mungkin kedua belah pihak dari pasutri ternyata mengalami masalah. Apakah mereka juga tidak dianjurkan untuk menikah, sedangkan pada saat pertemuan mereka telah berusia diatas 30 tahun. Haruskah mereka membatalkan perkawinan dan menunggu lagi sampai bertemu dengan orang yang tepat. Sedangkan tepat atau tidaknya hanya Tuhan saja yang tahu, kita manusia baru bisa mengetahuinya setelah menjalaninya. Bukankah kita selalu diminta untuk tidak pernah berhenti berharap padaNya, karena hanya DIA semata yang bisa mewujudkan semua itu. Bukankah Mujizat itu Nyata bagi mereka yang percaya.

Berharap,.....berharap......selalu berharap dan kemudian pasrah, itulah yang sesungguhnya dihadapi oleh semua calon pasutri yang menginginkan keturunan.



gambar : http://image.tempointeraktif.com/?id=1413


LinkWithin

Related Posts with Thumbnails